Suku bunga kredit perbankan selalu menjadi perhatian utama bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang berencana untuk mengambil pinjaman. Beberapa berita baik datang dari dunia perbankan dalam beberapa bulan terakhir, di mana suku bunga kredit perlahan-lahan mengalami penurunan. Meskipun demikian, suku bunga kredit masih tetap berada dalam kisaran 9%. Menurut Direktur Eksekutif Kepala Departemen Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono rata-rata tertimbang suku bunga kredit saat ini sebesar 9,34%, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 9,35%.
Pada tanggal 25 September 2023, Erwin menjelaskan bahwa ada beberapa perubahan menarik dalam tren suku bunga dan penyaluran kredit. Meskipun suku bunga kredit mengalami penurunan yang hampir tidak terasa, ada peningkatan yang signifikan dalam suku bunga simpanan berjangka.
Dia menjelaskan lebih lanjut, “Tenor 1 bulan naik menjadi 4,27% dari bulan Juli 2023 yang sebelumnya sebesar 4,25%. Tenor 3 bulan juga mengalami kenaikan menjadi 4,63% dari 4,59% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara untuk tenor 6 bulan, suku bunga naik menjadi 4,84% dari 4,80%. Selain itu, tenor 12 bulan juga mengalami kenaikan dari 5,07% menjadi 5,14%. Dan untuk tenor 24 bulan, suku bunga naik dari 5,40% menjadi 5,44%.”
Peningkatan suku bunga simpanan berjangka ini bisa menjadi berita baik bagi para nasabah yang ingin menabung dan mencari investasi yang lebih menguntungkan. Namun, apa yang terjadi dengan penyaluran kredit? Menurut Erwin, pada bulan Agustus 2023, penyaluran kredit mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai Rp 6 ribu triliun atau meningkat sebesar 8,9% year-on-year (yoy) dari 8,4% yoy pada bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit produktif, termasuk penyaluran kredit kepada individu dan perusahaan.
Pertumbuhan penyaluran kredit ini disebabkan oleh perkembangan Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi, dan Kredit Konsumsi. KMK tumbuh sebesar 8,2% yoy, kredit investasi tumbuh sebesar 10% yoy, dan kredit konsumsi menunjukkan stabilitas pertumbuhan sebesar 9,1% yoy.
Erwin menjelaskan lebih lanjut, “Pertumbuhan KMK bersumber dari sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Sementara itu, kredit investasi bersumber dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan kredit konsumsi didorong oleh perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor, dan kredit multiguna.”
Meskipun ada penurunan dalam suku bunga simpanan berjangka, perkembangan dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan sebesar Rp 7,82 ribu triliun atau 6,4% secara year-on-year (yoy). Angka ini mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,2%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan pertumbuhan DPK Korporasi yang turun menjadi 8,2% yoy dari bulan sebelumnya yang mencapai 10,8%, sementara DPK Perorangan mengalami peningkatan dari 4,2% pada bulan sebelumnya menjadi 5,2% yoy pada Agustus 2023.
Pertumbuhan penyaluran kredit yang positif dan penurunan suku bunga simpanan berjangka mungkin menjadi sinyal positif bagi perekonomian, serta memberikan peluang yang lebih baik bagi masyarakat yang memerlukan fasilitas kredit. Namun, para nasabah juga harus tetap waspada terhadap perubahan-perubahan ini dan memastikan bahwa mereka memahami implikasinya terhadap situasi keuangan mereka.