Investasi Infrastruktur Listrik Jadi Pilar Energi Masa Depan sampai 2060?

Pemerintah melalui Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) menetapkan target ambisius untuk investasi infrastruktur listrik hingga tahun 2060. Dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), total kebutuhan investasi mencapai US$1,1 triliun atau sekitar Rp17.900 triliun, dengan rata-rata alokasi sebesar US$30 miliar per tahun.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa alokasi terbesar dalam investasi infrastruktur listrik akan difokuskan pada sektor pembangkit listrik, yang membutuhkan sekitar US$1 triliun. Selain itu, pengembangan infrastruktur transmisi listrik memerlukan tambahan investasi sebesar US$104 miliar.

Dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR, Yuliot menyampaikan target konsumsi listrik per kapita pada tahun 2060 mencapai 5.038 KwH, sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Selain itu, kapasitas pembangkit listrik ditargetkan mencapai 443 GW, dengan 79 persen berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) dan 42 persen di antaranya berupa Variable Renewable Energy (VRE) seperti tenaga surya dan angin.

Pembangkit listrik pada 2060 diproyeksikan didukung oleh teknologi penyimpanan energi, termasuk inovasi seperti PLTS apung, PLTP darat dan laut, serta cofiring biomassa dengan teknologi Carbon Capture Storage (CCS),” ujar Yuliot soal investasi infrastruktur listrik.

Untuk mencapai target ini, pemerintah mempercepat pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT. Proyek-proyek seperti pemanfaatan arus laut pada 2028, penggunaan nuklir pada 2029, dan pengoperasian PLTS di waduk menjadi prioritas utama.

Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam mewujudkan transisi energi yang ramah lingkungan, sekaligus mendukung pertumbuhan konsumsi listrik masyarakat yang lebih berkelanjutan.

Demikian informasi seputar investasi infrastruktur listrik di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Infoburuh.Com.