Buruh di IKN tengah menghadapi realita yang berbeda dari harapan awal mereka. Di tengah gegap gempita persiapan upacara kemerdekaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, terdapat kisah pilu yang dialami oleh para pekerja.
Salah satunya adalah kisah A (30), seorang buruh yang mengisahkan pengalamannya bekerja di bawah kontrak PT Wijaya Karya (WIKA), sebuah perusahaan pelat merah yang terlibat dalam pembangunan IKN.
Dalam wawancara dengan Inilah.com, A mengungkapkan bahwa dirinya kerap menghadapi keterlambatan pembayaran upah. “Gaji saya telat satu bulan dua minggu. Dari kontraktor PT WIKA. Kalau WIKA itu biasa sering telat,” ujar A, yang juga mengeluhkan adanya pemotongan upah secara tidak wajar.
Selain itu, potongan uang makan dan denda-denda dengan alasan yang terkesan dibuat-buat, semakin memperparah kondisi para buruh di IKN.
Keterlambatan upah bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi oleh buruh di IKN. A juga menyampaikan bahwa dirinya sering dipaksa untuk bekerja lembur hingga larut malam, namun upah lembur yang seharusnya diterima jauh dari ekspektasi.
“Saya sempat kerja hampir 24 jam sampai jam 3 pagi. Kalau kerja biasa per hari Rp150 ribu tapi kalau lembur sampai jam 3 pagi harusnya dapat Rp450 ribu per hari,” katanya.
Kisah A ini bukanlah kasus terisolasi. Laporan dari Serikat Pekerja Perkayuan dan Kehutanan (SP Kahutindo) pada Maret lalu menyebutkan bahwa 80 persen dari 32.000 pekerja di IKN merupakan tenaga kerja non-skill. Para buruh ini, yang sebagian besar bekerja sebagai buruh kasar, diupah dengan gaji rendah dan tidak memiliki jaminan sosial yang memadai.
Kondisi ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh buruh di IKN dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Meski proyek IKN digadang-gadang sebagai proyek strategis nasional, para pekerja yang berperan penting dalam pembangunannya masih harus berjuang dengan upah yang tidak sebanding dengan jerih payah mereka.
Kini, A memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak dengan WIKA dan memilih bergabung dengan tim lain yang memberikan kontrak dan pelayanan yang lebih baik. “Kontraknya cocok. Pelayanan dari PLN enak, gaji dua mingguan sudah keluar langsung. Tidak maksa juga kerjanya dan santai yang penting profesional,” tuturnya.
Cerita ini menjadi cerminan dari kondisi nyata yang dihadapi oleh buruh di IKN. Di tengah pembangunan Ibu Kota Nusantara yang megah, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pekerja di lapangan, termasuk perlakuan yang adil dan penghargaan yang layak atas kerja keras mereka.
Demikian informasi seputar masalah para buruh di IKN. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Infoburuh.Com.