Gerai toko es krim Mixue kini dapat dengan mudah dijumpai dan viral di Indonesia. Merek es krim asal China itu mulai masif memperluas bisnisnya, gerai-gerai es krim Mixue kini banyak bertebaran di mana-mana. Diketahui bahwa Mixue Ice Cream & Tea sendiri merupakan waralaba internasional yang menawarkan minuman teh dan es krim segar. Perusahaan ini menyediakan berbagai minuman seperti bubble tea, fruit tea, milkshake, dan produk es krim.
Melansir dari situs resmi perusahaan, perusahaan es krim ini pertama kali didirikan pada tahun 1997 oleh Zhang Hongchao. Saat ini perusahaan ini sendiri dioperasikan oleh Mixue Bingcheng Co., Ltd. Untuk memastikan kualitas setiap es krim dan teh yang dijualnya, perusahaan ini juga bekerja sama dengan Henan Daka Food Co., Ltd. pada R&D dan produksi. Sementara itu Shangdao Intelligent Supply Chain Co., Ltd. bekerja sama juga dengan Mixue pada bagian layanan pergudangan dan logistik.
Dengan demikian, rantai industri lengkap dibentuk untuk melindungi dan mempercepat pengembangan Mixue Ice Cream & Tea. Berkat itu, sekarang ini perusahaan es krim Mixue sendiri telah memiliki lebih dari 20.000 toko yang tersebar secara internasional, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan rangkuman berbagi sumber, Hongchao mendirikan Muxue Ice Cream & Tea pada 1997 saat masih menjadi mahasiswa di tahun ke empat. Ia memulai bisnisnya itu dengan menjual es serut di sebuah kota kecil di Zhengzhou. Adapun saat itu, sebelum membuka usahanya ia sempat bekerja paruh waktu di sebuah toko minuman dingin yang khusus membuat es serut. Dari sanalah, ia menemukan peluang bisnis tersebut.
Perjalanan Panjang Es Krim Mixue Jadi Bisnis Internasional
Bermodalkan keberanian dan uang 4.000 yuan atau setara Rp8 juta (kurs Rp2.000) dari neneknya, ia mulai mendirikan kios es serut. Toko bernama “es serut aliran dingin” ini adalah pendahulu Mixue Bingcheng. Modal awal yang terbatas membuat peralatan tokonya juga sangat sederhana. Bahkan mesin untuk memproduksi es serutnya pun dirakit oleh Hongchao dengan membeli motor, meja putar, dan Pemotong. Produk utama toko ini juga terbatas, hanya ada es serut, es krim, dan smoothie.
Setelah bisnisnya berangsur-angsur berkembang, ia mulai menjual teh susu di tokonya. Dengan kegigihannya, Hongchao dapat memperoleh lebih dari 100 yuan (Rp200 ribu) sehari. Namun ia mulai menemukan masalah, yakni produknya yang terpengaruh musim. Karena itulah, ia gagal dan toko pertamanya ini terpaksa ditutup. Jadi es krim Mixue ini dulunya berawal dari bisnis jualan es serut.
Hongchao tidak menyerah seketika. Dengan keberaniannya, di tahun 1999 ia kembali mendirikan toko es serut berikutnya dan mengganti nama menjadi Mixue Bingcheng (MXBC). Berbagai tantangan pun ia hadapi selama bertahun-tahun, hingga barulah di tahun 2006 ia akhirnya menemukan tempatnya di pasaran.
Di tahun itu, sejenis es krim dari Jepang berbentuk seperti obor mulai muncul di Zhengzhou, bertepatan dengan Olimpiade Beijing 2008. Es krim itu yang kita kenal dengan nama es krim cone. Akibatnya, harga es krim, yang semula satu atau dua yuan, telah meningkat lima atau sepuluh kali lipat.
Dari sanalah, ia menemukan peluang bisnis dan berhasil menciptakan formula es krim yang murah. Ia pun berhasil mengeluarkan produk es krim seharga 2 yuan atau setara Rp4.000, di saat toko lain menjual hingga 10 yuan (Rp20.000). Bisnisnya pun berkembang pesat dan digandrungi banyak peminat kala itu.
Pada tahun 2007, ambisi Hongchao membawanya untuk membuka waralaba. Akhirnya di tahun itu, lusinan toko dibuka dengan cepat di Provinsi Henan, tempat kantor pusat berada. Bahkan satu tahun kemudian, jumlahnya mencapai 180 gerai. Dan pada tahun 2008 itu, Mixue Bingcheng secara resmi menjadi sebuah perusahaan.
Mixue Bingcheng diam-diam menjadi merek bubble tea tunggal terlaris di China, dengan pendapatan tahunan 6,5 miliar yuan (Rp13 triliun) dalam setahun. DI 2018, Hongchao akhirnya melakukan ekspansi besar-besaran ke berbagai negara seperti Vietnam Singapura, Malaysia, hingga Indonesia. Sementara itu pada awal 2021, bisnis es krim Mixue ini diperkirakan berhasil meraih pendapatan sebanyak 20 miliar yuan atau setara Rp40 triliun, mengalahkan merek bubble tea premium lainnya.