Penurunan Upah di Jepang: Tantangan Ekonomi dan Dampaknya pada Kebijakan Bank Sentral

Penurunan upah di Jepang pada bulan Agustus menjadi sorotan, setelah sebelumnya mengalami kenaikan akibat bonus musim panas. Menurut laporan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, upah riil turun sebesar 0,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi setelah revisi kenaikan 0,3% pada bulan Juli, mengindikasikan adanya tekanan pada ekonomi Jepang.

Pengeluaran rumah tangga juga mencerminkan tren penurunan yang sama, dengan penurunan sebesar 1,9% pada Agustus dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski penurunan ini lebih kecil dari perkiraan pasar yang memprediksi penurunan 2,6%, data ini tetap mengisyaratkan tantangan yang dihadapi konsumen Jepang.

Namun, pada basis penyesuaian musiman, pengeluaran rumah tangga justru naik 2,0% dibandingkan bulan sebelumnya, mencatat kenaikan bulanan terbesar dalam setahun.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan upah di Jepang adalah bonus musim panas, yang meskipun sempat meningkat di bulan Juni, mulai melambat pada bulan Agustus. Pembayaran bonus pada Agustus hanya tumbuh 2,7%, jauh di bawah peningkatan 6,6% di bulan Juli dan 7,8% di bulan Juni.

Hal itu menunjukkan bahwa dorongan dari pembayaran bonus khusus telah berkurang secara signifikan.

Bagi Bank of Japan (BOJ), data ini menjadi tantangan tersendiri. Bank sentral Jepang baru-baru ini menaikkan suku bunga untuk pertama kali dalam 17 tahun, harus mempertimbangkan dengan hati-hati langkah selanjutnya.

BOJ membutuhkan pertumbuhan upah yang berkelanjutan untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Namun, dengan penurunan upah di Jepang dan tekanan pada keuntungan perusahaan kecil dan menengah, keputusan untuk menaikkan suku bunga mungkin akan ditunda.

Pada Agustus, upah nominal atau total pendapatan tunai rata-rata per pekerja naik sebesar 3,0% menjadi ¥296.588 (sekitar $1.999). Meskipun ada kenaikan ini, angka tersebut lebih rendah dari peningkatan 3,4% yang tercatat pada bulan Juli.

Gaji reguler juga naik sebesar 3,0%, sedangkan upah lembur, yang sering dianggap sebagai indikator kekuatan perusahaan, meningkat sebesar 2,6%.

Indeks harga konsumen yang mencakup harga pangan segar naik 3,5% pada bulan Agustus, menunjukkan adanya tekanan inflasi yang cukup signifikan. Hal ini semakin memperumit situasi ekonomi Jepang, yang menghadapi tantangan dari kenaikan harga dan pertumbuhan upah yang melambat.

Demikian informasi seputar penurunan upah di Jepang. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Infoburuh.Com.