Di acara Habibie Award, Senin (13/11/2018) lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam kondisi yang sehat dan kredibel.
Hal itu dilihat dari pertumbuhannya yang tetap di atas 5 persen.
“Kita tumbuh pada kuartal I 5,06 persen, kuartal II 5,27 persen, dan kuartal III di 5,17 persen, kita tetap konsisten di atas 5 persen,” kata Sri Mulyani di acara Penganugerahan Habibie Award Periode XX di Jakarta.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di level tersebut, lanjut Sri Mulyani, tercapai di tengah ketidakpastian ekonomi global karena beberapa kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh negara maju.
Mantan Direkur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan, dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka ada potensi yang bisa dimaksimalkan oleh pemerintah.
Mulai dari meningkatkan kesempatan kerja dalam rangka menekan tingkat pengangguran terbuka (TPT), hingga menekan angka kemiskinan.
“Angka pengangguran kita turun, dalam momentum ini juga mampu menurunkan kemiskinan dan kesenjangan juga turun, kemiskinan 9,82 persen ini pertama kali di bawah 10 persen dan ini sejarah, berarti kita yakin menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang merata,” ungkap Sri Mulyani.
Fenomena dunia yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, kata Sri Mulyani. Mulai dari kebijakan normalisasi yang dilakukan oleh The Fed, serta kebijakan proteksionisme yang membuat perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.
“Indonesia menjaga kewaspadaan lingkungan global yang dinamis. Kita harus terus menjaga ekonomi Indonesia yang masih memiliki momentum,” jelas dia.
Selai itu, saat ini ekonomi Indonesia tumbuh cukup baik di kisaran 5 persen. Pertumbuhan ekonomi ini juga diikuti dengan penurunan pengangguran hingga mencapai 5,13 persen, terendah dalam 20 tahun terakhir.
“Tetap konsisten di atas 5 persen dengan inflasi terjaga di sekitar 3,5 persen, yoy baru 2,8 persen. Momentum pertumbuhan yang meningkat diharapkan terus meningkatkan kesempatan kerja, angka pengangguran menurun mencapai 5,13 persen,” ujar dia.