Perjalanan Listrik Sampai ke Rumah, Dimulai dari Fasilitas Pembangkit Listrik

Pendistribusian energi listrik sampai ke konsumen melibatkan proses perjalanan yang cukup panjang. Selain itu prosesnya sangat diperhitungkan agar tetap aman. Dimulai dari fasilitas pembangkit, perjalanan listrik sampai ke rumah akan melalui beberapa tahapan sebelum akhirnya bisa digunakan oleh konsumen.

Proses penyaluran listrik sampai ke konsumen juga melibatkan banyak bidang keilmuan. Berikut ini penjelasannya.

Perjalanan Listrik Sampai ke Rumah

Keberadaan listrik yang didistribusikan tidak muncul begitu saja. Diawali dari fasilitas pembangkit. Berikut ini tahapan penciptaan hingga distribusi energi listrik secara umum.

  1. Pembangkit Listrik

Secara umum pembangkit listrik adalah fasilitas yang dibangun untuk mengubah energi menjadi listrik. Sumber energi yang digunakan sangat beragam mulai dari air, gas, batu bara, dan sebagainya. Dengan generator, sumber-sumber tersebut mampu menghasilkan energi listrik. Contoh beberapa jenis pembangkit listrik yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut.

  • Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
  • Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU)
  • Pembangkit Liatrik Tenaga Gas (PLTG)
  • Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
  • Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB)
  • Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
  • Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

2. Penaikan Tegangan

Perlu diketahui bahwa listrik yang berhasil diproduksi di pembangkit punya tegangan rendah. Di sisi lain energi berpotensi hilang saat dilakukan transmisi jarak jauh. Agar hal itu tak terjadi, tegangan listrik harus dinaikkan memakai transformator step-up sehingga jadi tegangan sangat tinggi.

Kenaikan tegangan listrik akan dilakukan dari yang semula 11,5kV jadi 150 kV. Di tegangan tersebut listrik bisa disalurkan lewat kabel tipis.

3. Transmisi

Listrik bertegangan tinggi akan didistribusikan lewat saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) atau saluran udara tegangan tinggi (SUT).

SUTET mampu menyalurkan listrik dengan tegangan di atas 230 kV antar daerah. Sedangkan listrik tegangan 70-150kV akan disalurkan lewat SUTT.

Fasilitas ini biasanya dibangun di wilayah yang tak banyak dijangkau manusia seperti di area pesawahan.

4. Gardu Induk

Dari SUTET atau SUT, tegangan listrik akan diturunkan. Penurunan menggunakan transformator step-down. Di fasilitas ini tegangan listrik kembali diturunkan sampai hingga 20 kV. Setelah itu listrik bertegangan lebih rendah akan diarahkan ke gardu distribusi.

5. Gardu Distribusi

Dari gardu induk, listrik akan disalurkan menggunakan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) yang ditanam di bawah tanah. Namun di Indonesia, listrik disalurkan ke gardu distribusi menggunakan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yakni melalui jaringan kawat di udara.

Di fasilitas ini aliran listrik kembali diturunkan jadi tegangan listrik tingkat menengah sampai mencapai 220 volt. Listrik tersebut kemudian disalurkan ke trafo distribusi yang ada di area konsumen.

6. Jaringan Distribusi

Trafo distribusi akan kembali mengalirkan lisrik lewat jaringan distribusi. Fasilitas ini terdiri dari kabel bawah tanah atau kabel yang diulur menggunakan tiang listrik. Cara ini digunakan untuk menjangkau wilayah konsumen yang telah ditentukan.

7. Sambungan Rumah

Listrik yang disalurkan lewat kabel jaringan distribusi akan dihubungkan ke meteran listrik yang terpasang di rumah, gedung, atau bangunan apapun yang dimiliki oleh konsumen. Fungsi meteran tersebut adalah untuk mengukur jumlah energi listrik yang dipakai oleh tiap konsumen. Dari meteran listrik bisa dicabangkan menggunakan kabel sehingga bisa siap digunakan.

Perlu diketahui bahwa di Indonesia perjalanan listrik sampai ke rumah diawasi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Penyaluran juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan demi memenuhi keamanan masyarakat.