IMF: Ekonomi Asia Bakal Menguat Akibat Pembukaan Kembali Ekonomi di China

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) baru-baru ini mengumumkan bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia meningkat. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya ekonomi China yang memacu pertumbuhan setelah krisis pandemi COVID-19 melanda dunia. Pasar akan memperhatikan dampak positif yang akan dirasakan oleh negara-negara di Asia ketika ekonomi China pulih, karena pertumbuhan ekonomi mereka akan menyebar ke negara-negara lain di kawasan ini. IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia akan didorong oleh konsumsi dan permintaan di sektor jasa.

Menurut IMF, Asia dan Pasifik akan menjadi wilayah paling dinamis di dunia pada tahun 2023, terutama didorong oleh prospek yang kuat untuk China dan India. Permintaan domestik diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan terbesar di Asia pada tahun 2023. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia akan mencapai 4,6% tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,3%. China dan India akan menjadi pendorong utama dengan ekspansi ekonomi masing-masing sebesar 5,2% dan 5,9%.

Ekonomi Asia Diprediksi Tumbuh 4,6%, China dan India Jadi Pendorong Utama

Namun, IMF tetap mengingatkan bahwa ada risiko inflasi yang terus-menerus dan volatilitas pasar global yang makin dirundung ketidakpastian karena hancurnya sektor perbankan di negara barat. Oleh karena itu, bank sentral di Asia disarankan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat dalam rangka menurunkan inflasi. IMF menyarankan agar pengetatan kebijakan moneter yang tidak memadai dalam jangka pendek harus dihindari untuk menghindari inflasi yang tinggi dan kontraksi yang lebih besar di kemudian hari.

Kawasan Asia memiliki modal yang kuat dan penyangga likuiditas untuk menangkis guncangan pasar. Konsumsi sektor korporasi dan rumah tangga sangat berpengaruh di kawasan ini secara signifikan. Namun, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia tahun depan sebesar 0,2 poin menjadi 4,4%. IMF mengingatkan bahwa risiko inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, melambatnya permintaan global, serta dampak tekanan sektor perbankan AS dan Eropa harus diwaspadai.

Dengan begitu, pengetatan kebijakan moneter yang proporsional menjadi penting agar inflasi dapat ditekan dan pertumbuhan ekonomi di Asia dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Pasar akan terus memantau perkembangan ekonomi Asia dan berharap kawasan ini dapat menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dunia di masa depan.