Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Produsen Baterai Mobil Listrik Terbesar di Asia Tenggara Berkat Investasi dari BASF, Eramet, dan Volkswagen

Presiden Jokowi (Joko Widodo) baru-baru ini bertemu dengan pimpinan tiga perusahaan Eropa, yaitu BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui PowerCo. Dalam pertemuan tersebut, BASF menyampaikan minatnya untuk berinvestasi dalam pembangunan ekosistem baterai mobil listrik di Maluku Utara.

Menurut keterangan dari Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, investasi yang dilakukan oleh BASF diperkirakan mencapai US$2,6 miliar. BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Prancis, Eramet, untuk menciptakan ekosistem tersebut dengan menerapkan praktik usaha yang memperhatikan ESG (Environment, Social and Government) lingkungan dan menggunakan energi hijau.

Proses pembangunan ekosistem baterai mobil listrik di Maluku Utara direncanakan akan dimulai pada akhir tahun 2023. Selain BASF dan Eramet, Volkswagen juga akan membangun ekosistem serupa di Indonesia melalui PowerCo.

Menurut Bahlil, investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini merupakan momentum yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia secara terbuka memberikan peluang investasi kepada perusahaan di seluruh dunia. Hal ini juga sekaligus untuk menganulir cara pikir orang bahwa pengelolaan tambang di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada pada standar internasional.

Dengan adanya investasi dari perusahaan-perusahaan besar seperti BASF, Eramet, dan Volkswagen, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan produksi dan penggunaan baterai mobil listrik yang ramah lingkungan. Selain itu, investasi ini juga dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat. Diharapkan dengan adanya investasi tersebut dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor baterai mobil listrik dari luar negeri dan menjadi negara yang memproduksi baterai mobil listrik terbesar di Asia Tenggara.