Alasan suatu pabrik jika para buruh terus meminta gaji besar bukan tidak mungkin bisa digantikan dengan tenaga robot. Apalagi di era industri digital 4.0 dengan berbagai kemajuan positif dari sisi teknologi. Sisi lainnya yaitu, buruh manusia tidak hanya bersaing dengan buruh manusia lainnya melainkan juga dengan robot.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pekerjaan yang bersifat repeatitif memiliki kemungkinan besar digantikan robot. Pekerjaan yang bersifat repeatitif misalnya, customer service (layanan informasi telepon seperti di perbankan, sudah banyak yang menggunakan chatbot) dan buruh pabrik (misal pabrik otomotif; bagian memasang skrup, dan sebagainya).
Menurut Rudiantara, agar tidak ‘kalah saing dengan robot’, sumber daya manusia di Indonesia, harus memiliki kemauan untuk mengembangkan kemampuan diri.
“Kita harus meningkatkan kemampuan kita yg lebih spesifik sehingga tidak tergantikan dengan robot. Di dalam robotkan banyak teknologinya, ada sensor yang bisa ngenalin; ‘hai Rudiantara’, terus artificial intelligence, kemudian big data analitic, itu macam-macam. Sama dengan manusia, kita belajar mengingat ini muka siapa, terus kalau mau jawab, jawabnya gimana. Karena pertanyaannya berulang-ulang, itu-itu saja,” jelas Rudiantara.
Apalagi saat ini, sudah cukup banyak industri yang memanfaatkan robot sebagai buruh untuk menunjang kegiatan produksi mereka sehari-hari. Banyak industri yang menilai kalau kinerja robot lebih efisien dibanding buruh manusia, tingkat produksi pun dinilai stabil bahkan bisa melebihi target dengan resiko kesalahan yang lebih kecil dibanding resiko human error. Tak hanya itu, ongkos ‘memperkerjakan’ robot juga memangkas lebih murah ketimbang harus mengupah pekerja.