Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) bersama GREAT Edunesia Dompet Dhuafa, pada Mei 2024, melakukan survei terhadap upah guru honorer dengan 403 guru di 25 provinsi Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas guru honorer masih menerima gaji di bawah Upah Minimum Kabupaten-Kota (UMK) 2024 terendah.
Peneliti IDEAS, Muhammad Anwar menyebutkan bahwa 74 persen responden menerima gaji di bawah Rp2 juta, dan sebagian lagi di bawah Rp500 ribu.
“Nominal tersebut masih di bawah UMK terendah di Indonesia, yakni Kabupaten Banjarnegara dengan UMK sebesar Rp2.038.005. Artinya, di daerah dengan biaya hidup terendah sekalipun, para guru, terutama guru honorer, masih harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” kata Anwar dalam keterangan tertulis, Selasa (21/05/2024).
Survei juga mengungkapkan bahwa 42 persen upah guru honorer memiliki penghasilan di bawah Rp2 juta per bulan, dan 13 persen di antaranya berpenghasilan di bawah Rp500 ribu per bulan. Selain itu, sebanyak 89 persen guru mengaku gaji mereka pas-pasan, mengingat rata-rata guru mempunyai tanggungan tiga anggota keluarga.
Untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tercukupi oleh upah guru honorer, banyak guru mencari pekerjaan sampingan selain mengajar. Namun, penghasilan tambahan ini tidak signifikan, dengan mayoritas guru yang memiliki pekerjaan sampingan hanya mendapatkan kurang dari Rp500 ribu.
Pekerjaan sampingan yang mereka lakukan antara lain mengajar privat atau bimbingan belajar (39,1 persen), berdagang (29,3 persen), bertani (12,8 persen), buruh (4,4 persen), konten kreator (4 persen), dan driver ojek online (3,1 persen).
Karena pendapatan yang tidak mencukupi, banyak guru harus berutang. Sebanyak 79,8 persen guru mengaku memiliki utang, dengan rincian 52,6 persen berutang kepada bank/BPR, 19,3 persen kepada keluarga atau kerabat, 13,7 persen kepada koperasi simpan pinjam, 8,7 persen kepada teman atau tetangga, dan 5,2 persen kepada pinjaman online.
Sebagai dampak dari kondisi keuangan yang sulit, sebanyak 56,5 persen responden mengaku pernah menjual atau menggadaikan barang berharga seperti perhiasan, kendaraan, BPKB, emas kawin, sertifikat rumah/tanah, atau SK PNS. Meskipun demikian, 93,5 persen guru tetap bertekad mengabdi sebagai pendidik hingga pensiun.
Menurut CEO GREAT Edunesia Dompet Dhuafa, Asep Hendriana pemerintah pusat dan daerah harus terus memperhatikan masalah kesejahteraan upah guru honorer. Asep berpendapat keberadaan lembaga yang mendampingi guru menjadi penting untuk membantu pelatihan hingga pembelajaran lebih.
“Berdasarkan pengalaman lembaga kami, tingkat kesejahteraan yang rendah pada profesi guru tidak pernah menyurutkan semangat mereka untuk tetap mengajar hingga usia senja karena bagi mereka ini adalah sebuah pengabdian,” ujar Asep.
Demikian informasi seputar kabar terbaru mengenai upah guru honorer. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Infoburuh.Com.